Upacara Kasada di Gunung Bromo

Upacara Kasada di Gunung Bromo: Antara Keyakinan dan Alam

Gunung Bromo di Jawa Timur bukan hanya dikenal karena keindahan alamnya yang memukau, tetapi juga karena kekayaan budayanya yang unik. Salah satu tradisi paling terkenal yang berlangsung di kawasan ini adalah Upacara Yadnya Kasada, sebuah ritual sakral masyarakat Suku Tengger yang memadukan keindahan alam dengan kekuatan keyakinan spiritual. Upacara ini merupakan wujud rasa syukur dan penghormatan kepada Sang Hyang Widhi (Tuhan) serta penghormatan terhadap leluhur mereka.

Upacara Kasada biasanya dilaksanakan setiap tahun pada bulan Kasada dalam penanggalan Jawa Tengger, yang biasanya jatuh antara bulan Juni hingga Juli. Ritual ini berpusat di Pura Luhur Poten, yang terletak di lautan pasir kaki Gunung Bromo. Dari pura inilah, masyarakat Tengger akan berjalan menuju kawah Bromo untuk mempersembahkan berbagai sesaji kepada Sang Hyang Widhi. Sesaji yang dibawa berupa hasil bumi seperti sayur-mayur, buah-buahan, beras, ayam, hingga uang, sebagai bentuk rasa syukur atas berkah dan keselamatan.

Asal-usul upacara ini tak lepas dari legenda Roro Anteng dan Joko Seger, pasangan leluhur masyarakat Tengger. Konon, mereka memohon keturunan kepada para dewa dan berjanji akan mengorbankan anak bungsu mereka kepada kawah Gunung Bromo sebagai tanda terima kasih. Setelah memiliki 25 anak, mereka menepati janji tersebut dengan menyerahkan anak terakhirnya, Kusuma, kepada Sang Hyang Widhi. Sejak saat itu, masyarakat Tengger mengadakan Upacara Kasada setiap tahun sebagai bentuk penghormatan atas pengorbanan tersebut.

Yang membuat upacara ini istimewa adalah perpaduan spiritualitas dan alam. Saat fajar menyingsing, ribuan warga Tengger dengan pakaian adat berbondong-bondong menuju Gunung Bromo, membawa persembahan di pundak mereka. Di tengah kabut dan sinar matahari pagi yang lembut, suasana mistis terasa begitu kuat. Beberapa warga bahkan melemparkan persembahan langsung ke kawah Bromo, sementara sebagian lain menunggu di bawah untuk mencoba menangkapnya — sebuah simbol keyakinan bahwa rezeki bisa datang dari mana saja.

Selain menjadi ritual keagamaan, Upacara Kasada juga menarik perhatian wisatawan dari seluruh dunia. Namun, masyarakat Tengger tetap menjaga kesakralan tradisi ini. Wisatawan diperbolehkan menonton, tetapi diharapkan untuk menghormati prosesi dan tidak mengganggu jalannya ritual.

Upacara Kasada di Gunung Bromo adalah bukti nyata bagaimana manusia dapat hidup berdampingan dengan alam melalui rasa hormat dan keyakinan spiritual. Di tengah gemuruh kawah dan hamparan pasir yang luas, masyarakat Tengger menunjukkan bahwa hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Ritual ini bukan sekadar tradisi, melainkan refleksi mendalam tentang harmoni kehidupan di bawah naungan Gunung Bromo yang megah.

By admin

Related Post